Askep Gigantisme

5:07 PM

PENDAHULUAN
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone pertumbuhan (Hp) atau Growth Hormone (GH) yang berlebihan. Gigantisme terjadi kalau produksi hormone berlebihan. GH terjadi sebelum proses penutupan epifisis. Sedangkan akromegali terjadi kalau proses tersebut terjadi setelah penutupan epifisis. Sehingga tampak terjadinya pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulang yang berlebihan. Efek anabolic GH dimungkinkan karena adanya mediator Insulin Like Growth Faktor 1 (IFG1) yaitu suatu peptisida yang dihasilkan oleh jaringan hati sebagai respon terhadap rangsangan GH.
Kemajuan dalam endokrinologi memungkinkan kita dapat menilai hasil pengobatan operatif secara lebih baik dengan melakukan analisis klinis dan laboratorium. Saat ini respon yang paling baik untuk menilai hasil pengobatan adalah memperhatikan gejala klinis dan mengukur kadar hormone terbaik dengan segala akibatnya.


A. PENGERTIAN
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi 3)
Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001)

B. ETIOLOGI
Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
a) GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
b) GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari Hipotalamus.
c) GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang mensekresi HP atau GHRH.

C. PATOFISIOLOGI
Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni, mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau diameternya lebih dari 10 mm.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai disayap lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai digaris migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings.
Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH (Growth Hormone Realising Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara klinis keadaan ini sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh karena adeno hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan histopatologis yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma. Penyebab lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated Ectopic Production Of GH).

D. TANDA DAN GEJALA
a) Akibat pada tulang (Skelet)
• Gigantisme
• Frontal Bossing
• Kiposis, Ostopenia
• Artropi
• Pertumbuhan tulang ekstremitas berlebihan
b) Akibat pada jaringan lunak
• Pelebaran dan penebalan hidung, lidah, bibir, dan telinga
• Pembesaran tangan dan kaki
• Kulit tebal, basah, dan berminyak
• Lipatan kulit kasar, skin tag
• Acanthosis nigricans
• Hipertrikosis
• Suara parau
c) Akibat pada proses metabolism
• Gangguan toleransi glukosa/diabetes melitus
• Hiperfosfatemia
• Hiperlipidemia
• Hiperkalsemia

Kelebihan hormon pertumbuhan (GH) sering terjadi pada usia antara decade kedua dan keempat, karena GH pada decade dua (usia 5 tahun) merupakan stadium awal perjalanan penyakit secara lambat. Sedangkan pada decade keempat terjadi secara terus-menerus setelah stadium awal yang melewati decade tiga sehingga tampak gejala GH: Frontal Bossing, Pembesaran tangan dan kaki, dll.



E. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis akibat pembesaran tumor:
1) Pembesaran keatas (Superior)
• Sakit kepala
• Gangguan penglihatan
2) Pembesaran ke lateral
• Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI
• Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus)
• Kejang (temporal lobe seizures)
3) Pertumbuhan ke inferior (dasar sella)
• CSF Rinorea
4) Pertumbuhan ke anterior
• Perubahan kepribadian (frontal lobe type personality changes)
5) Infark (pituitary appoplexia)



F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tumor hipofisis saat ini dapat diketahui melalui pemeriksaan:
• CT Scan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), yang mempunyai kepekaan tinggi untuk mendiagnosis adanya tumor hipofisis (baik mikro maupun makro adenoma)
• Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH akan menunjang diagnosis gigantisme dan akromegali

G. KOMPLIKASI
1. Hipertropi jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes melitus


H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah:
1) Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2) Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3) Menormalkan fungsi hipofisis
4) Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor

Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1) Terapi pembedahan
2) Terapi radiasi
3) Terapi medikamentosa

1) Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
2) Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
b) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD)
3) Terapi medikamentosa
Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a) Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
• Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
• Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.

b) Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
• Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
• Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
• Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.


I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
1) AKTIVITAS/ ISTIRAHAT
Gejala: lemah, letih
Tanda: letargi/ disorientasi

2) SIRKULASI
Gejala: kaji adanya riwayat hipertensi
Tanda: perubahan tekanan darah postural, nadi yang menurun, lipatan kulit kasar

3) INTEGRITAS EGO
Gejala: stres, tergantung pada orang lain, masalah financial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda: ansietas, peka rangsangan

4) ELIMINASI
Tanda: urine encer juga kuning

5) MAKANAN/ CAIRAN
Gejala: sering terjadi kehilangan nafsu makan
Tanda: kulit tebal, turgor jelek, basah dan berminyak

6) NEUROSENSORI
Gejala: pusing/ pening, sakit kepala hebat, gangguan penglihatan
Tanda: disorientasi; mengantuk, letargi

7) NYERI/ KENYAMANAN
Tanda: wajah meringis apabila terjadi sakit kepala hebat

8) KEAMANAN
Gejala: kulit tebal, basah, dan berminyak
Tanda: menurunnya kekuatan umum atau rentang gerak, kulit rusak/ turgor kulit jelek

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit basah, tebal, dan berminyak yang disebabkan oleh hiperlipidemia
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang berlebihan



3. INTERVENSI
INTERVENSI DX 1:
a. Kaji karakteristik nyeri (catat intensitasnya skala 0-10, lamanya)
b. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, seperti: ekspresi wajah; gelisah, menangis, menarik diri
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
d. Berikan posisi yang nyaman pada klien
e. Anjurkan pasien untuk beristirahat diruangan yang tenang
f. Berikan kompres panas lembab pada kepala
g. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul
h. Ajarkan tehnik relaksasi bila nyeri
Kolaborasi dalam pemberian analgesik

IMPLEMENTASI:
a. Mengkaji karakteristik nyeri
b. Mengobservasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal
c. Menciptakan lingkungan yang nyaman
d. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
e. Menganjurkan pasien untuk beristirahat agar menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi nyeri
f. Memberikan kompres panas lembab pada kepala untuk meningkatkan sirkulasi pada otot dan mengurangi tegangan
g. Menganjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul
h. Mengajarkan tehnik relaksasi bila nyeri
Berkolaborasi dalam pemberian analgesik

EVALUASI:
a. Melaporkan nyeri terkontrol
b. Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas pengalih sesuai indikasi untuk situasi individual

INTERVENSI DX 2:
a. Kaji turgor kulit (keelastisannya)
b. Observasi keadaan kulit (kelembapan)
c. Anjurkan pasien agar menjaga pakaian agar tetap kering dan bebas kotoran
d. Bersihkan dan keringkan kulit khususnya daerah-daerah kelembapan tinggi
Kolaborasi dalam memberikan cairan untuk hidrasi yang adekuat

IMPLEMENTASI:
a. Mengkaji turgor kulit (keelastisannya)
b. Mengobservasi keadaan kulit
c. Menganjurkan pasien untuk menjaga pakaian agar tetap kering untuk mencegah adanya iritasi pada kulit
d. Membersihkan dan mengeringkan kulit karena kulit yang bersih dan kering cenderung mengalami ekskoroasi/ kerusakan
Berkolaborasi dalam memberikan cairan untuk hidrasi yang adekuat

EVALUASI:
a. Turgor kulit baik (keelastisannya)
b. Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk mencegah kerusakan kulit
c. Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan

INTERVENSI DX 3:
a. Dorong mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit
b. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
c. Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
d. Berikan bantuan positif

IMPLEMENTASI:
a. Mendorong mengungkapkan masalah tentang proses penyakit dan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut
b. Mengikut sertakan pasien dalam memenentukan perawatan untuk meningkatkan perasaan kompetensi/ harga diri dan mendorong kemandirian
c. Membantu kebutuhan perawatan yang diperlukan untuk mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
d. Memberikan bantuan positif bila perlu agar memungkinkan pasien merasa senang terhadap diri sendiri, menguatkan perilaku positif, meningkatkan percaya diri

EVALUASI:
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan hidup dan kemungkinan keterbatasan
DAFTAR PUSTAKA



Corwin J, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Davey, Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

Doenges E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Guyton Arthur C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC

Suddart & Bruner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Suyono Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Wilson & Price. 2005. Patofisiologi dan Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6. Jakarta :EGC
Previous
Next Post »
0 Komentar