Askep Herpes Zoster

5:11 PM
PENGERTIAN
Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varicella, yaitu virus varicella zoster. Herpes ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.
Insiden herpes zoster tersebar merata diseluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.



ETIOLOGI
Herpes zoser disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 mm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma.
Virus varicella zoster (VVZ) dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relative luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA.
PATOFISIOLOGI
Infeksi primer dari virus varicella zoster ini pertama kali terjadi didaerah nasofaring. Disini vivus mengadakan replikasi dan dilepas kedarah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatif.keadaan ini diikuti masuknya virus kedalam Reticulo Endothelial Sytem (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sesoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibody yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dan virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivitas dari virus sehingga terjadi herpes.
Selama terjadi varicella, virus varicella zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermetom sesuai dengan lokasi ruam varicella yang terpadat. Aktivasi virus varicella zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan factor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.
PATOFLOW
MANIFESTASI KLINIS
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.Gambaran paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral.Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang di persarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.Erupsi mulai dengan eritema makulopapular.Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga.Seminggu sampai sepuluh hari kemudian,lesi mengering menjadi krusta.Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua.Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh.Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap,walaupun krustanya sudah menghilang.Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%),cranial (20%),lumbal (15%),dan sacral (5%).

TANDA DAN GEJALA
• Kadang-kadang didahului dengan demam.
• Neuralgia hebat pada orang tua,dapat terjadi beberapa hari sebelum kelainan kulit atau bersama-sama.
• Kelainan kulit mula-mula berbentuk eritema yang kemudian menjadi papel yang akan bersatu membentuk bulae.Isi vesikel mula-mula jernih dan translusen,setelah beberapa hari menjadi keruh.Bila bercampur darah disebut herpes zoster haemoragik.
• Herpes zoster biasanya disertai dengan pembesaran kelenjar limfe.


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Apusan tzanek
• Penanaman virus tes serum antibody
• Pemeriksaan imunoklureserasi
• Pemeriksaan dengan mikroskop electron

KOMPLIKASI
• Infeksi bakteri sekunder
• Eritema multiforme postherpatika
PENATALAKSANAAN MEDIS
• Yang paling penting istarahat
• Untuk mengurangi neuralgia diberikan analgetik
• Untuk mencegah pecahnya vesikel diberi bedak salisil 2%
• Bila terjadi infeksi sekunder dapt diberi antibiotika local,misalnya salep kloramfenikol2%
PENGKAJIAN
Data Objektif
• Erupsi berupa vesikel yang menggerombol
• Warna kulit kemerahan
• Pasien gelisah dan cemas
• Pasien menarik diri
Data Subjektif
• Pasien merasa kulitnya panas
• Pasien mengeluh gatal
• Pasien mengatakan malu untuk bergaul
• Pasien selalu menanyakan tentang penyakitnya









DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan ditandai dengan:

DO: - Erupsi berupa vesikel yang menggerombol
- Warna kulit kemerahan

DS: - Pasien merasa kulitnya panas

Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intergritas kulit yang lebih parah setelah dilakukan tindakan keperawatan 7 X 24 jam.

Kriteria hasil :
- Erupsi berkurang
- Kulit tidak kemerahan dan terjadi iritasi yang lebih parah


- Lakukan mobilisasi semaksimal mungkin untuk menghindari periode penekanan yang terlalu lama.
- Ajarkan pada pasien atau keluarga pasien supaya mengerti tindakan-tindakan yang tepat untuk mencegah penekenan,gesekan,pergeseran,
- Ajarkan pada pasien untuk waspada terhadap tanda-tanda awal kerusakan jaringan.
- Ganti posisi sekurana-kurangnya tiap 2 jam
- Usahakan kulit klien selalu bersih dan kering
Rasionalisasi :
- Dengan dilakukan mobilisasi secara rutin (alih posisi) diharapkan kulit pasien tidak terlalu lama tertekan sehingga vaskularisasi menjadi lancar.
- Memberikan dorongan pada pasien dan keluarga untuk secara aktif ikut serta dalam proses penyembuhan dan asuhan keperawatan, sehingga dengan begitu tujuan dapat segera tercapai.
- Dengan meenjaga kulit yang senantiasa kering dan bersih hal ini akan dapat mempercepat penyembuhan dimana keadaan kulit pasien terutama luka/vesikel yang mudah pecah ( mencegah penularan dan penyebaran luka.

2. Gangguan rasa nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal yang ditandai dengan:

DO : Erupsi berupa vesikel yang menggerombol
DS : Pasien mengeluh gatal

Tujuan : Pasien tidak mengalami pruritus setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5x24 jam.
Kriteria hasil : pasien tidak mengeluh gatal lagi
Intervensi:
- Anjurkan pasien untuk mandi air hangat dan sabun antiseptik ( hati-hati jangan sampai vesikel pecah )
- Beritahu pasien agar tidak menggaruk dan menepuk kulit.
- Anjurkan pasien untuk memakai bedak ( salisil 2% ) untuk mengurangi rasa gatal.
- Observasi kerusakan jaringan akibat pecahnya vesikel.

Rasionalisasi :
- Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk ( karena semakin digaruk akan semakin terasa gatal ) yang akhirnya akan lengket karena vesikel yang pecah.
3. Resiko terjadi gangguan konsep diri, yang berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain yang ditandai dengan:

DO :
- Erupsi berupa vesikel yang menggerombol
- Warna kulit kemerahan
- Pasien tampak menarik diri
- Pasin tampak gelisah

DS :
- Pasien mengeluh malu untuk bergaul
- Pasien selalu menanyakan tentang penyakitnya



Tujuan : Pasien tidak mengalami gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan gambaran diri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria hasil :
- Pasien tidak malu mengenai penyakitnya
- Pasien mau bersosialisasi kembali
- Pasien tidak menarik diri
- Pasien tidak gelisah lagi

Tujuan :
- Berikan dorongan/support mental kepada pasien dan yakinkan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
- Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya terutama cara dia memandang dirinya setelah sakitnya.
- Lindungi prifacy dan menjamin lingkungan yang kondusif.
- Jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya.

Rasionalisasi :
- Dengan membina hubungan saling percaya dan selalu memberikan support mental pada pasien diharapkan percaya diri pasien dapat kembali seperti semula dan pasien dapat bersosialisasi dengan baik kagi.


DAFTAR PUSTAKA
Smalt Zer, Suzanne.C. 2001. Buku ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8. Jakarta : EGC
Dongeus. Marilyn G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
Previous
Next Post »
0 Komentar